Aku mulai berhenti memikirkan. Tentang apa yang akan datang.
Atau bagaimana kami akan memandang. Karena yang aku tahu, semua hanyalah
bayang-bayang.
Memang ketika kumulai memicingkan mata, ada hal yang terasa
salah. Namun ketika angan-angan baru muncul, haruskah kumengalah? Padahal tak
semuanya menjadi salah.
Aku tak mengerti, ketika hati ini berlayar membawa seribu
ton mimpi, hanya dengan menggunakan rakit tua kecil yang ringkih, sedang ombak
ganas yang dihadapi, salahkah bila kuberhenti?
Kini hanyalah berandai bila mata yang buta dipaksa untuk
menatap, mulut yang menutup dibuka untuk mengumpat atau kaki yang buntung
disambung untuk melompat.
Untuk menolak saja tak sanggup untuk kupatri, yang dapat
kulakukan hanyalah melarikan diri ketika kau memintaku melakukan apa yang tak sanggup kuberi.
Bila baris-baris ini berhenti tercipta, berarti nyawa di
tubuh ini tak lagi ada. Karena yang dapat dilakukan pikiran dan hati ini
hanyalah membuat sebaris kata yang tertuang dari asa, hanya asa.
Aku dan malaikat kecilku yang hilang. Yang dulu pernah
menjagaku. Memberiku harapan baru, dan hal-hal indah yang membuatku merasa
hidup sungguhlah tidak berat.
jejak
BalasHapussikil
Hapus